Tuesday, December 15, 2009
mayat dan kelompok sanggar teater
pernah menjuarai pekan teater kebangsaan 1995 dengan drama mayat karya hatta azad khan dengan pelakon lelaki terbaik - mat nizam dan pengarahan terbaik - duet.
kelompok sanggar teater nama teamnya.. dimanakah mereka?
Sunday, December 13, 2009
pameran deklamapuisi 'bernalam sakan di lambo ambe'
puisi-puisi marzuki ali akan memenuhi ruang legar perpustakaan awam negeri terengganu mulai 15 disember hingga mac dalam program pameran deklamapuisi 'bernalam sakan di lambo ambe' kerjasama usm dan gta.
ada program sayembara deklamasi puisi peringkat daerah dan klimak baca puisi marzuki ali. tarikh dan waktu diumumkan kemudian.
ada program sayembara deklamasi puisi peringkat daerah dan klimak baca puisi marzuki ali. tarikh dan waktu diumumkan kemudian.
Monday, November 16, 2009
pecah ruyung ii
Tuesday, October 13, 2009
660 ,jalan pasir panjang
i.
Mentari tak lagi mencipta bayang sewaktu melewati bukit yang mulai renta. kusalami namamu penuh sopan dalam getar debar berlumbaan. Bukit Besar kita mulai bersahabat waktu itu tanpa menghirau gerbang rambutmu yang mulai gugur di punggah zaman. Dari pangkalmu mengalir kali kecil menyempadani Kampong Binjai yang pemalu dan di situ berahiku pernah tumpah mewarnai benua percintaan sunyi. Kucuba menghafal kembali bau parfum suntiku di jendela di sebalik pucuk-pucuk ubi yang mesra dan aku sering mencuri pandang alismu yang tebal di balik rimbun pohon setar yang hijau.
ii.
Antara baris cengal kampong dan pohon-pohon pisang kutemui daerah permukiman menenggelamkan peta benua remaja yang lusuh sambil menghafal ritma dan lenggok sang peran yang sesekali kabur sekali nyata. Mengenali Machbeth, Oedipus dan menghadam bait dan naskah Rendra dan Putu Wijaya. Menggulati olah tubuh, mengenalkan posisi bentuk dan olah suara dengan jerit dan jerkah .Masihkah kau ingat lampu bilik terpadam sewaktu kita berteriak serentak. Dan suara Marzuki yang garau, apakah kau masih tepis gema suara yang masih beralun itu?
Iii,
Sewaktu perut dibeli lapar kau bacakan bait puisi tentang kelaparan dan burung gagak dan sewaktu kita jinjing roti dan biskut tawar kedua telingamu turut tersenyum penuh bahagia sedang di sanggar kau masih menguis-nguis di asbak mencari sisa tembakau.Di papan nota di sudut pintu kamar pernah tercatat tentang cerita kucing yang kau jual di sarkis membenarkan kata marhum Rendra bahawa kelaparan adalah iblis.
iv.
Sebahagian roma yang tertanggal di sini menenggelamkan aku dalam keasyikan yang panjang. Antara menu nasi lemak dan ikan goreng kita terdewasa bersama menterjemah makna lewat seni budi, gurau dan rajuk hiba. Masihkah kau dengar suara lengking anjing yang kau baling di padang hiliran dan warna batik yang pernah kita conteng dengan upah lima kupang ? Di dinding masih tergantung peristiwa kehilangan kambing bermata sabun dan boneka ayam jantan yang kehujanan. Kita pernah bertumbuk dalam lembut dan berterajang dalam diam bukan?
v.
Di tangganya keringat kita pecah sewaktu diarah pindah. Aku tercicir album-album waktu tergesa-gesa ke lori. Di tangganya seperti kelir mengimbau kali pertama tangan kiri sunti kupegang. Ada pertemuan yang masih basah dan aku sempat memadamkan segala catatan itu kecuali air mata yang tumpah di saat terakhir kita melangkah..
vi
Kini sewaktu menjejaki kembali ke sini, linglung suara kita masih kedengaran dan suara gitar di dapur masih berlagu di celah batuk pak man teksi.Di tiang masih basah warna-warna batik yang menitik mencorakkan sebuah benuanya yang tersendiri. Ada bait puisi yang belum selesai dan detak mesin taip kedengaran menyanyi.
vii
Aku berdiri melihat segalanya seperti mimpi yang penuh teka-teki
dan tanpa sedari air mata bergenang lagi…
wikunila ms
Kuala terengganu
Mentari tak lagi mencipta bayang sewaktu melewati bukit yang mulai renta. kusalami namamu penuh sopan dalam getar debar berlumbaan. Bukit Besar kita mulai bersahabat waktu itu tanpa menghirau gerbang rambutmu yang mulai gugur di punggah zaman. Dari pangkalmu mengalir kali kecil menyempadani Kampong Binjai yang pemalu dan di situ berahiku pernah tumpah mewarnai benua percintaan sunyi. Kucuba menghafal kembali bau parfum suntiku di jendela di sebalik pucuk-pucuk ubi yang mesra dan aku sering mencuri pandang alismu yang tebal di balik rimbun pohon setar yang hijau.
ii.
Antara baris cengal kampong dan pohon-pohon pisang kutemui daerah permukiman menenggelamkan peta benua remaja yang lusuh sambil menghafal ritma dan lenggok sang peran yang sesekali kabur sekali nyata. Mengenali Machbeth, Oedipus dan menghadam bait dan naskah Rendra dan Putu Wijaya. Menggulati olah tubuh, mengenalkan posisi bentuk dan olah suara dengan jerit dan jerkah .Masihkah kau ingat lampu bilik terpadam sewaktu kita berteriak serentak. Dan suara Marzuki yang garau, apakah kau masih tepis gema suara yang masih beralun itu?
Iii,
Sewaktu perut dibeli lapar kau bacakan bait puisi tentang kelaparan dan burung gagak dan sewaktu kita jinjing roti dan biskut tawar kedua telingamu turut tersenyum penuh bahagia sedang di sanggar kau masih menguis-nguis di asbak mencari sisa tembakau.Di papan nota di sudut pintu kamar pernah tercatat tentang cerita kucing yang kau jual di sarkis membenarkan kata marhum Rendra bahawa kelaparan adalah iblis.
iv.
Sebahagian roma yang tertanggal di sini menenggelamkan aku dalam keasyikan yang panjang. Antara menu nasi lemak dan ikan goreng kita terdewasa bersama menterjemah makna lewat seni budi, gurau dan rajuk hiba. Masihkah kau dengar suara lengking anjing yang kau baling di padang hiliran dan warna batik yang pernah kita conteng dengan upah lima kupang ? Di dinding masih tergantung peristiwa kehilangan kambing bermata sabun dan boneka ayam jantan yang kehujanan. Kita pernah bertumbuk dalam lembut dan berterajang dalam diam bukan?
v.
Di tangganya keringat kita pecah sewaktu diarah pindah. Aku tercicir album-album waktu tergesa-gesa ke lori. Di tangganya seperti kelir mengimbau kali pertama tangan kiri sunti kupegang. Ada pertemuan yang masih basah dan aku sempat memadamkan segala catatan itu kecuali air mata yang tumpah di saat terakhir kita melangkah..
vi
Kini sewaktu menjejaki kembali ke sini, linglung suara kita masih kedengaran dan suara gitar di dapur masih berlagu di celah batuk pak man teksi.Di tiang masih basah warna-warna batik yang menitik mencorakkan sebuah benuanya yang tersendiri. Ada bait puisi yang belum selesai dan detak mesin taip kedengaran menyanyi.
vii
Aku berdiri melihat segalanya seperti mimpi yang penuh teka-teki
dan tanpa sedari air mata bergenang lagi…
wikunila ms
Kuala terengganu
Sunday, October 11, 2009
menjejaki sang aktor i
terjongol pagi ini-sang aktor kita yang ditunggu.
sebagai pembancuh air, penjual apam balik, pengawal keselamatan dan pemandu bas syarikat sehingga kini sebagai pemandu kenderaan bermotor di sebuah ipts. begitu liku-liku perjalanan hidup beliau. kini bermautautin di rompin pahang dengan 5 cahaya mata.
"jongos !! bakar jangung"! ketawa kami pun berderai.
Thursday, August 20, 2009
bangsawan makbeh
Sunday, August 9, 2009
Thursday, August 6, 2009
teamproduksi bilamalambertambahmalam
Subscribe to:
Posts (Atom)